Arah Laut dari Kota Ini

F. Moses

AKU merasakan segala ­sesuatunya berlalu sangat cepat. Semua terasa begitu melesat tak terkejar dan tak terkira.

Semua waktu seolah menjadikan pikiranku menggelembung oleh keingintahuan. Namun, rasanya semua terlambat. Semua seperti ­kegelapan tak terhindarkan. Kegelapan yang menyeruak tanpa permisi. Seperti tak mengetuk daun pintu terlebih ­dahulu.

Aku selalu senantiasa berharap kabar darimu, Uni. Meski hanya berupa bayangan berkelebat dalam pikiranku.

Pagi ini aku terbangun lebih dari biasanya. Hari Sabtu yang sedikit sekali kecerahan sebab lebih banyak mendungnya.

Udara begitu terasa dingin. Sedingin perasaan akibat mimpi kurang menyenangkan tadi malam. Menjadi seperti kegelisahan tepatnya. Meski demikian, aku masih tak melupakan koran hari ini di atas meja, seperti biasanya, untuk segera kubaca. Ingin kubaca. Harus kubaca. Mestikah kubaca? Haruskah yang kubaca kali ini akan menjadikan perasaanku justru semakin rawan? Lanjutkan membaca “Arah Laut dari Kota Ini”